Masih Seperti Dulu
11:51:00 AM
Malam
ini langit indah. Bulan lagi pamer. Mentang-mentang dia tahu kalo dia cantik,
lembut, berarti, dan yaaa.. menyenangkan untuk dilihat. Ini udah waktunya, ya?
Heeeem, pasti kamu sedang menatap bulan purnama ini dan mengajaknya berbincang.
Aku senyum-senyum sendiri mengenang masa lalu. Rasanya bulan lebih cocok jadi
pacarmu ketimbang aku. Setiap kali matamu menatap bulan, aku selalu bisa
mengartikan semua binar pada matamu. Beda jauh waktu kamu sedang bersamaku.
Tatapanmu terlalu sulit diartikan. Bahkan setelah 2 tahun aku bersama kamu, aku
tetap tidak bisa menembus dindingmu. Ah sudahlah.. sampai saat ini pun aku
tidak bisa menembusnya. Lagi pula, untuk apa aku menembusnya sekarang? Toh aku
bukan siapa-siapamu.
Hai
bulan yang cantik, bagaimana kalau kamu mendengarkan apa yang ingin aku
katakan? Katakan hai padanya ya bulan.. dan dengarkanlah celotehannya dengan
baik. Jangan bilang padanya kalau aku sedang mengobrol denganmu. Nanti dia
kesenengan. Dia dulu suka sekali mengajakku menemuimu. Menyuruhku ikut dalam
pembicaraan kalian. Tapi aku menolak. Aku cuma diam dan menikmati keheningan
saat dia bicara dalam hati bersamamu. Bulan.. tolong ceritakan padaku semua
yang dia ceritakan. Aku penasaran. Ah, tapi sudahlah. Dia pasti akan marah
kalau tahu aku mengungkit masa lalu. Apa kau sudah menyampaikan ‘hai’-ku?
Jangan bulan! Tidak jadi! Biar aku sendiri yang menyampaikannya.
“Hai”
sapaku lewat sms untukmu.
Tidak
ada jawaban. Ah, benar dugaanku. Kamu sedang berbincang bersama bulan.
Dan
kamu masih belum bisa menerimaku. Lagi.
Atau
mungkin sejak awal memang kamu tidak menerimaku?
Sudahlah.
Sudah berlalu.
Aku
cuma mau jadi temanmu sekarang. Bukan menjadi bulan-mu.
Maaf
aku memaksamu waktu itu.
Jangan
panggil aku bulan lagi. Karena aku menyesal telah memaksamu memanggilku dengan
sebutan itu. Aku memang terlalu berambisi untuk menggantikan posisi bulan di
hatimu pada saat itu.
Lupakanlah, Re.. lupakankah aku
yang terlalu berlebihan dalam mencintaimu dulu.
Selamat
malam.
0 komentar