[REVIEW Buku] Kujemput Engkau di Sepertiga Malam
7:04:00 PM
Sumber gambar : klik disini
"Maka, ketika seorang Peggy Melati memutuskan memulai hijrahnya dengan belajar tidur lebih awal, saya merasa tertohok"
Kujemput Engkau di Sepertiga Malam karya Peggy Melati Sukma.
Cetakan pertamanya tahun 2014 dan diterbitkan oleh Penerbit Noura Books.
Buku dengan tebal 395 halaman ini menceritakan tentang pergulatan batin--cerita hijrah--seorang Peggy Melati Sukma. Inilah apa yang berhasil saya pelajari dari buku ini :
1. Dari tulisan beliau, saya semakin sadar bahwa setiap manusia punya ceritanya masing-masing. Setiap orang punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing, semua manusia melakukan kesalahan. Kesalahan dan dosa yang masing-masing kita lakukan tidak selalu sama, seperti yang quote ini sampaikan.
Maka, ketika seorang Peggy Melati memutuskan memulai hijrahnya dengan belajar tidur lebih awal, saya merasa tertohok. Tidur lebih awal bagi sebagian orang mungkin mudah dan sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging, tapi percayalah.. banyak sekali manusia yang tidak dapat atau justru dengan sadar menolak untuk tidur lebih awal (dan saya termasuk salah satunya).
Secara pribadi, buku ini menaklukkan ke-egois-an diri agar mau belajar mengatur hidup, tentu saja bukan sembarang hidup.. melainkan hidup yang sesuai dengan petunjuk, perintah, dan larangan Allaah.
2. Buku ini membuat saya semakin sadar bahwa ingar bingar dunia sungguh memabukkan. Bagaimanapun, penilaian Allaah lah yang terpenting.
"Hidup yang sebelumnya adalah hidup yang aku jalani bagai seorang pembalap, yang bergerak dengan cepat di lintasan balap dan dikagumi para penontonnya, bagai di suatu panggung yang selalu penuh dengan cahaya gemerlapan. Bagai perayaan silih berganti yang berisi kesenangan dan puja-puji.
Tapi, bukankah setiap perayaan akan menemui usai? Waktu semua selesai, apa yang tersisa?
Layaknya sebuah pesta yang dipersiapkan menjadi pesta, isinya semu. Sebab, keriaan dan gemerlapan yang dirancang-rancang, memang diciptakan untuk sesaat itu saja. Lalu, dibalik semuanya, ada berbagai tumpukan bahan baku dekorasi pesta, kotoran di sana-sini, piring dan gelas yang berserakan, sampah bertebaran.
Dan kemudian, di penghujung, hanyalah suasana yang kembali pada realita aslinya. Lampu dimatikan. Gelap. Dan ruangan kosong lagi."
(Peggy Melati Sukma, 2016:73)
3. Siapa yang tidak ingin berubah menjadi lebih baik? Tapi, menjadi baik bukan hanya sekedar keinginan.
"Apa artinya menyerah pada Sang Maha, jika itu macet di hati, dan tak terdistribusi menjadi sikap?
Berserah bukan menyerah. Hati diliputi makna berserah pada Allaah, namun sikap, bukan berarti dibiarkan sama saja. Itu namanya menyerah. Aku harus berbuat. Ini dalam rangka mendistribusi keberserahan hatiku kepada perbuatan."
(Peggy Melati Sukma, 2016:78-79)
Sungguh, saya tersadar kembali bahwa harus ada usaha di setiap keinginan. Tidak cukup hanya ingin, lalu berdoa dan memohon pada Allaah. Melainkan harus ada usaha yang mengiringinya.
0 komentar