Menghindar;

9:56:00 PM




Meskipun lama tidak berkunjung, teryata semuanya masih sama. Di tempat itu, orang-orang menatap jauh ke depan, mengizinkan angin merusak tatanan style yang susah payah dibentuk, dan meresapi segala suara yang melewati gendang telinga.

Tiap orang punya rasa masing-masing, pun denganku yang merasa nyaman dan tenang dengan riuh rendah suara ombak dan angin yang saling beradu. Sekali lagi, aku menikmati hal yang sudah lama tidak kulakukan--mengamati sekitar--.

Kaki-kaki manusia berlarian, mengejar dan terkejar ombak. Kala ombak menjauh, mereka melangkahkan kaki dengan cepat dan mendekat, untuk kemudian berlari menghindar sambil tertawa ketika yang dikejar menghampiri. Aih, pikirku.

Teringat betapa manusia terkadang bisa sebegitu membingungkan.

Bukankah begitu?
Dalam perjalanan panjang ini, setidaknya sekali, bukankah kita sempat menjadi seorang pengecut yang termakan ketakutan?

Do'a-do'a yang menembus langit, setelah sekali atau bahkan berkali-kali dipanjatkan--oleh siapapun--, terkabul dan menjelma seperti ombak-ombak itu. Kadang, yang menjadi jawaban melebihi ekspektasi, diluar ekspektasi, atau bahkan menimbulkan pertanyaan, "benarkah ini jawaban atas do'aku, Ya Rabb?"

Mungkin begitu, disertai setumpuk alasan yang dengan susah payah dikumpulkan, akhirnya memilih untuk menghindar. Merasa ombak yang menghampiri itu bukan miliknya, bahwa kejadian yang akan dan sedang terjadi bukan merupakan jawaban atas do'a-do'anya, hingga memutuskan untuk berpaling. Berlari menjauh, berbelok, berputar, atau bahkan bersembunyi.

Apakah yang terhadang di depan, membuatmu takut?
Kenapa tak dinikmati saja semuanya?
Rasakan, bagaimana ombak itu akan melebur, pecah, terlepas dari kawanannya untuk membasuh kakimu yang sudah lelah bertualang.
Nikmati, bagaimana pada akhirnya, semuanya akan berlalu, air itu akan kembali, menjadi saksi tentangmu, menjadi sepenggal memori yang pantas diabadikan dalam sebuah kenangan.

Tidak semuanya akan berjalan sesuai keinginan, bayangan, dan ekspektasimu.
Tak apa,
sungguh,
percayakan saja semuanya pada Allaah, Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Bukankah Allaah  sudah berkata, "Aku sesuai prasangkaan hamba-Ku" ?
Bukankah cinta dan kasih sayang Allaah, melebihi cinta dan kasih sayang seorang Ibu?
Bukankah hanya Allaah, satu-satunya Dzat yang tidak pernah membuatmu kecewa?



[Terjemahan kasar]
"Aku meminta kekuatan dan Allaah berikan kesulitan untuk membuatku kuat, Aku meminta kebijaksanaan dan Allaah berikan masalah untuk ku atasi, Aku meminta keberanian (ketangguhan hati) dan Allaah memberiku rintangan untuk dihadapi, Aku meminta cinta dan Allaah mengirimkan orang "bermasalah" yang membutuhkan bantuanku, Aku meminta karunia dan Allaah berikan banyak peluang untukku. Mungkin aku tidak menerima apapun yang kuinginkan, tapi aku menerima segala hal yang ku butuhkan."

[Terjemahan kasar]
"Salah seorang teman membuatku mengerti sesuatu yang sangat dalam dan besar. Ketika Nabi Nuh A.S. merasa sangat keok (kalah), beliau meminta pada Allaah untuk menyelamatkannya. Dan Allaah melakukannya. Namun, bagaimana? Dengan apa Allaah menyelamatkan Nabi Nuh A.S. ?
Pertolongan Allaah untuk beliau datang dalam bentuk badai
Badai ini tidak dikirimkan untuk menghancurkanmu. Ia dikirim untuk menyelamatkanmu."




Maka, untuk setiap keraguan yang muncul atas takdir-Mu,
untuk setiap hela nafas yang terbuang tanpa rasa syukur dan terimakasih untuk-Mu,
untuk jiwa yang kerap kali tidak sabar,
maafkanlah, Ya Allaah..
Ampunilah..
sumber : https://www.instagram.com/sirahfootsteps/


You Might Also Like

0 komentar