Tempelan Hijau
11:09:00 AM
Banyak hal yang harus aku lakukan. Untuk
kelangsungan hidupku. Yang ritmenya sempat melambat karenamu. Aku tidak
menangis karena merindukanmu. Tidak. Itu tidak akan aku lakukan. Aku menangis
untuk kelangsungan hidupku. Aku nggak mau jadi orang gila. Hanya karena kau
tinggal pergi. Aku rajin bekerja juga bukan karena ingin melupakanmu. Aku
begitu karena itu adalah hal yang seharusnya aku lakukan sejak dulu. Jadi,
salah siapa dulu aku menjadi malas? Mungkin salahmu, yang membuatku ingin
berlama-lama disisimu. Atau salahku? Yang membiarkan diriku kehilangan
rasionalitasnya.
Sudahlah, hidupku akan terganggu kalau hanya mencari kesalahan. Dan ya, lihatlah! Kamarku sekarang menjadi lebih manis dari sebelumnya. Banyak tempelan warna-warni yang menyegarkan mata. Heem,saatnya berdiri untuk melihat salah satu tempelan berwarna hijau berbentuk daun dan diam untuk meperhatikannya. Senyumku mengembang dengan sempurna. Aku memutar badan untuk memerhatikan kamarku secara keseluruhan. Dan senyumku tidak pernah pudar. Kata siapa kehilanganmu akan membuatku kesulitan bahkan untuk bernafas? Apa kau tidak melihatku? Aku bahkan sekarang bisa tersenyum bahagia. Kalau kau datang hanya untuk mengacaukan hidupku yang sudah kuperbaiki, jangan pernah datang! Biar aku saja yang datang menemuimu. Suatu saat nanti. Ketika takdir mempertemukan kita lagi. Ah, sebentar. Aku harus mengerjakan tugas yang sangat penting. Kugerakkan badanku untuk melaksanakan sholat. Kutengadahkan tangan untuk memulai doaku. Permintaan panjangku. Mukena yang menutupi auratku mulai menyerap air mata yang berjatuhan. Ku usap mataku yang basah. Lalu berdiri lagi untuk menatap tempelan hijau berbentuk daun selagi melipat mukena. Senyumku mulai hadir. ‘Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.’ Itu adalah kutipan dari novel yang paling kau suka. Maaf, sekarang ini aku belom bisa sepenuhnya seperti daun. Aku belum bisa mengikhlaskan dirimu, meskipun aku tidak melawan. Karena siapa yang bisa melawan ketika kematian datang? Tapi jangan khawatir, aku tidak akan kesepian dan kesakitan.. karena aku punya Allah. Yang selalu mendengarkan rintihanku. Yang selalu menguatkanku. Terimakasih sudah datang padaku. Terimakasih juga sudah pergi dariku. Aku akan benar-benar berusaha mengikhlaskanmu.
Sudahlah, hidupku akan terganggu kalau hanya mencari kesalahan. Dan ya, lihatlah! Kamarku sekarang menjadi lebih manis dari sebelumnya. Banyak tempelan warna-warni yang menyegarkan mata. Heem,saatnya berdiri untuk melihat salah satu tempelan berwarna hijau berbentuk daun dan diam untuk meperhatikannya. Senyumku mengembang dengan sempurna. Aku memutar badan untuk memerhatikan kamarku secara keseluruhan. Dan senyumku tidak pernah pudar. Kata siapa kehilanganmu akan membuatku kesulitan bahkan untuk bernafas? Apa kau tidak melihatku? Aku bahkan sekarang bisa tersenyum bahagia. Kalau kau datang hanya untuk mengacaukan hidupku yang sudah kuperbaiki, jangan pernah datang! Biar aku saja yang datang menemuimu. Suatu saat nanti. Ketika takdir mempertemukan kita lagi. Ah, sebentar. Aku harus mengerjakan tugas yang sangat penting. Kugerakkan badanku untuk melaksanakan sholat. Kutengadahkan tangan untuk memulai doaku. Permintaan panjangku. Mukena yang menutupi auratku mulai menyerap air mata yang berjatuhan. Ku usap mataku yang basah. Lalu berdiri lagi untuk menatap tempelan hijau berbentuk daun selagi melipat mukena. Senyumku mulai hadir. ‘Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.’ Itu adalah kutipan dari novel yang paling kau suka. Maaf, sekarang ini aku belom bisa sepenuhnya seperti daun. Aku belum bisa mengikhlaskan dirimu, meskipun aku tidak melawan. Karena siapa yang bisa melawan ketika kematian datang? Tapi jangan khawatir, aku tidak akan kesepian dan kesakitan.. karena aku punya Allah. Yang selalu mendengarkan rintihanku. Yang selalu menguatkanku. Terimakasih sudah datang padaku. Terimakasih juga sudah pergi dariku. Aku akan benar-benar berusaha mengikhlaskanmu.
0 komentar