Pecinta diri yang merindu
12:03:00 PM
Aku tahu dia
butuh tempat untuk pulang. Itulah alasan mengapa dulu aku menawarkan diri
menjadi rumah untuknya. Rumah yang kapanpun bisa selalu ia kunjungi, yang
menjadi tempatnya beristirahat dari hingar bingar kehidupan yang sedang ia
jalani. Aku tidak menyesal, tentu saja aku takkan menyesali keputusanku kala
itu. Aku tahu dia berhak bahagia.
******
Memandangi
layar hape yang konstan-tidak berubah sama sekali-membuatku lelah. Mungkin
sedikit kopi bisa membantu. Ah, tentu saja. Kopi memang selalu menjadi alasan
kecilku untuk berbahagia. Tunggu, apakah penjelasanku sudah selesai?
Aku bungkam
soal hubungan kami, kami memang cukup dekat. Rasa-rasanya dia cukup nyaman
denganku, hingga keluh kesahnya tumpah ruah di rumahku. Aku tidak pernah marah
soal itu, aku justru bahagia. Tahu bahwa ada seseorang yang nyaman berada di
sampingmu, yang mampu menjadi dirinya sendiri di hadapanmu, yang menjadikan
kamu sebagai orang yang membuatnya bahagia, yang menganggap dirimu berharga,
mana mungkin aku tidak bahagia? Dia mengatakan bahwa aku akan selalu menjadi
tempatnya untuk pulang, tapi entah mengapa aku meragukan itu. Bukan sejak awal
tentunya, keraguan itu baru muncul akhir-akhir ini. Dia tidak pernah lagi pulang
berkunjung. Mungkin dia sudah menemukan rumah baru, entahlah.
Aku takkan
menuntut penjelasan padanya, meskipun harus ku akui aku menginginkan
penjelasan. Aku hanya ingin tahu, apakah dia marah padaku? Apakah dia muak
denganku? Aku bukan seperti yang dia pikirkan. Wanita baik-baik? Yang benar
saja! Aku ini wanita yang tidak tahu malu. Yang menutup semua aib dan memakai
topeng kemanapun.
Maafkanlah
aku yang terlampau egois.
Kau berhak
bahagia, maka izinkanlah aku untuk berbahagia. Pulanglah, setidaknya sapalah
rumahmu ini. Aku senang kau datang, aku bahagia menyambut kedatanganmu.
Aku memang
tidak pernah menjadikanmu sebagai tempatku untuk pulang. Kamu bukan pilihan
pertamaku, kamu bukan segalanya untukku. Tapi tolong, bisakah setidaknya kau
pulang? Aku merindukanmu. Orang egois ini sungguh telah lelah menunggu kedatanganmu.
0 komentar