Again

6:05:00 AM

Ketika sepotong kebahagiaan sederhana yang telah lama tak ia dapat, ia akhirnya mendapatkannya. Again.

*****
Rambut pirang sebahunya mengikuti pesona angin yang tiba-tiba datang, membuat sang pemilik rambut kesusahan merapikan rambutnya. Setelah berhenti beberapa saat untuk merapikan kembali rambutnya yang sempat berlarian mengejar angin, wanita dengan perawakan kurus dan cukup tinggi itu kembali menapaki jalan setapak yang sejak tadi ia telusuri.  Pikirannya berkelana menjelajahi waktu, membuat seluruh tubuhnya terkejut ketika menginjak kayu atau melewati batu yang mudah longsor. Meskipun beberapa kali harus bersusah payah karena tubuhnya hampir jatuh ke jurang, wanita ini tetap berjalan dengan santai seolah ini merupakan hal yang biasa ia lakukan.
Langkahnya semakin lama semakin cepat, seakan berusaha mengejar waktu yang sejak lama meninggalkannya. Langkah kakinya semakin lebar dan semakin mantap, meski beberapa tetes airmata terjatuh membasahi tanah yang berada di bawahnya. Telapak tangannya bersembunyi di saku jaket biru dongker yang ia kenakan, seolah tidak merasa perlu mengusap air mata yang kini semakin deras turun.

Tak tahan dengan kecepatan waktu yang menurutnya amat lambat, wanita itu memutuskan berlari. Tidak sekencang atlet lari yang bisa berlari dengan kecepatan penuh, wanita itu berlari tersendat-sendat. Kaki kirinya terlihat bengkak dengan warna biru yang menjalar. Sedikit menyeret kaki dan tersaruk-saruk, wanita itu terus saja menapaki jalan kecil yang sedari tadi ia telusuri. Entah kemana ia berlari, entah apa atau siapa atau dimana tujuannya. Saat hendak menambah kecepatannya, wanita itu tiba-tiba berhenti. Tangisnya mereda sejenak untuk kemudian berubah menjadi semakin deras. Ia berlari untuk memperpendek jaraknya dengan seseorang di depannya. Tangannya melingkar di punggung orang itu, ia membenamkan wajahnya di dada bidang lelaki yang belum pulih dari keterkejutannya. Rambutnya kembali berlari mengejar angin, tapi wanita itu tak peduli. Ia masih berusaha menenangkan tangis yang sedari tadi tak dapat ia tahan. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, lelaki yang kini telah menatap jurang di depannya dengan pandangan liar, perlahan-lahan maju untuk menjatuhkan dirinya ke jurang itu. Wanita yang bergelantung di tubuhnya pun tak bergerak ketika ia menjatuhkan diri.

Tawa lepas terdengar di sela-sela keheningan yang menegangkan di hutan itu. Bukannya tersangkut di dahan pohon atau jatuh berdebam di tanah berbatu yang ada di bawah, mereka justru mendarat dengan mulus di kasur empuk berukuran jumbo di atas rumah pohon. Mereka menikmati birunya langit dan hijaunya dedaunan yang berada di atas mereka, membiarkan angin menebarkan pesonanya, dan menikmati setiap detik yang berlalu dengan menyenangkan. Sudah lama sekali mereka berdua tidak melakukan hal ini, menjatuhkan diri di atas tempat rahasia milik mereka. Tubuh mereka mendarat sempurna di atas kasur empuk itu, tapi mata mereka masih memandang ke arah langit yang sejak dulu menjadi favorit mereka. Keheningan diantara mereka terasa menenangkan. Lama sekali mereka berdiam dan hanya menikmati, hingga terdengar suara berat milik lelaki yang menghembuskan nafasnya.


Wanita itu menoleh, menatap teman sejak kecilnya, menghadiahkan senyum manis yang sejak dulu turut menjadi hal favorit sang pria. Senyumnya semakin lebar ketika lelaki di sampingnya membalas senyumnya, meski hanya samar dan sebentar. Setidaknya ia tahu, lelaki yang selalu tegar itu telah kembali menjadi orang yang sejak dulu ia kenal. Ia memandang langit dengan senyum lebar dan mengucap syukur dalam hati. Ia tahu penyelamatnya telah baik-baik saja, dan itu adalah hadiah terbaik untuk hari ulang tahunnya kali ini. 

You Might Also Like

0 komentar