Ketika Malam Bercerita

1:12:00 AM

Tidak ada yang tahu tentang kepalanya yang begitu keras. Orang-orang yang hanya mampu menikmati suara angin dan hening pun tidak pernah bertanya kenapa mereka diperlakukan berbeda oleh wanita itu. Bagaimana mungkin wanita berjilbab yang seharusnya menyunggingkan senyum dan berwajah manis itu menjadi begitu diam ketika bersama mereka? Bahkan tatapannya terkadang terlihat begitu dingin, sinis, dan sesekali terkesan merendahkan. Entah apa yang sebenarnya ada dalam pikiran pemiliknya.
Mereka sungguh tidak pernah tahu betapa wanita bertubuh ramping itu memaksakan diri untuk terseyum. Bagaimana seonggok tulang yang terbalut daging dan kulit itu berusaha untuk menyenangkan hati orang-orang yang dekat dengannya. Tangan kurus yang memegang mereka, menguatkan mereka, sebenarnya dipaksa melepaskan genggamannya pada hati yang sedang terluka oleh pemiliknya. Ia memang begitu. Aih, kalau kau sungguh mengenalnya, kalau kau sungguh berjalan cukup jauh untuk menggapainya, dan kalau kau bertahan cukup lama hingga ia merobohkan tembok besar yang ia bangun sendiri, mungkin kau akan kaget mengetahui seberapa hancur orang yang kini sedang terseyum menanggapi ceritamu.
                Semakin lama, senyum yang tersungging dari bibir merah muda wanita itu mulai jarang terlihat. Tentu saja mereka bingung, bertanya dalam hening. Tapi bukankah kau sekarang tahu betapa wanita yang sedari tadi kuceritakan sangat pandai menyembunyikan perasaannya? Bukankah kalian tahu betapa dalam dan tak terjamahnya mata cokelat wanita itu? Jadi mana mungkin mereka tahu kenapa ia mendadak diam seperti itu. Aih, sebetulnya siapa pula yang mendadak jadi diam? Mereka saja yang tidak tahu bagaimana ia menghabiskan malam malam panjang yang menusuk tulang dan hatinya dengan merapal jimat, berharap diberi kekuatan untuk tetap melanjutkan apa yang selama ini ia perjuangkan.
                Wanita yang  mungkin saat ini sedang kau gambar dalam dunia imajinermu, kini sedang duduk dalam temaramnya lampu kamar berukuran 4x4 miliknya. Rambut lurus sebahu yang tak pernah terlihat oleh mata lelaki yang tak pantas melihatnya, kini tergerai indah dan menggodaku. Aku ingin memeluknya, menghapus semua beban yang memberatkannya. Menyeret semua kepedihan menjauh dari wanita yang tak pernah lalai kuperhatikan. Aku ini dingin. Pelukku justru akan semakin membuatnya sakit. Kedatanganku membuat semua yang diceritakan siang--tawanya, senyum manis, dan suara renyahnya--menghilang, bahkan terkadang tetes air matanya jatuh.

                Aku hanya malam yang menyaksikan wanita menakjubkan itu kehilangan dirinya. Meski sebenarnya aku tidak tahu siapa sesungguhnya ia. Apakah ia yang sebenarnya adalah wanita yang disaksikan siang atau wanita yang selama ini diam-diam kuperhatikan. 

You Might Also Like

0 komentar