🕛

8:01:00 PM

Waktu bergulir.
Suka tidak suka, mau tidak mau, akan ada yang pergi. Terkadang, ada yang harus pergi meski rasanya tak ingin dilepaskan.


Waktu berdetak.
Kadang seirama dengan detak jantung, seringnya tidak. Mungkin aku terlalu menikmati, atau justru terlalu meratapi.

Dalam gulirnya, rasanya waktu sudah membuatku meneteskan banyak air mata. Tapi tentu saja yang patut disalahkan hanyalah diriku—atau mungkin lebih tepatnya hatiku—yang terlalu lemah. Sesering apapun ia melalui perpisahan, toh pada kenyataannya setiap perpisahan akan tetap menyisakan luka.

Ada yang membuatku takut. Bagaimana jika pada akhirnya, semua hal yang dengan susah payah kita perjuangkan ini hanya akan terlupakan? Terenggut tangan ganas sang waktu? Bukan maksudku mengatakan bahwa aku tidak bahagia. Tidak berarti pula untuk bahagia, kita harus berjuang atau bersusah payah. Tapi pada kenyataannya, bukankah kita sama-sama berjuang untuk berada pada titik itu? Bukankah kita bersama-sama berjuang hingga akhirnya dipertemukan untuk kemudian mengukir momen bahagia yang kini harus menjadi kenangan?

Aku takut. Aku tidak ingin melupakan semua momen yang kini tinggal kenangan. Tapi bila pada akhirnya terlupakan, ingatkan. Ingatkan aku tentang itu. Ingatkan aku bahwa dahulu, pada waktu itu, kita pernah bersama-sama mengukir sebuah kenangan yang pantas tersimpan dalam memori.


“Do you remember?
All of our happy moments have turned into dust.
A light breeze seems enough to scatter them away.
I’m afraid.
I’m afraid.”

---Epik High ft Kim Jong Wan of Nell -Lost One





Yogyakarta, 25 November 2017 
From your old self.
Z.

You Might Also Like

0 komentar