Ketika Al Quran Menyentuh Hatimu
11:39:00 AM @edgarhamas
(disampaikan dalam Kajian Online One Day One Lembar -ODOL- yang dirintis oleh Alumni Alfa Centauri, Sabtu 17 Februari 2018)
Mendiskusikan
tentang Al Quran itu, mudah. Namun mengubah sudut pandang kita lebih
jernih terhadap Al Quran, itu adalah sebuah pekerjaan yang besar.
Sama-sama Al Quran, namun cara pandang pembacanya lah yang menentukan
apakah ia dihargai, atau dijadikan properti penghias rumah saja.
Itulah
yang saya katakan kepada Mas Farras ketika diminta mengisi Kajian
Online ini. Jujur, saya bukan orang yang bisa menjelaskan
keutamaan-keutamaan para pembaca Al Quran dengan sederet dalil naqli dan
hadits shahih. Sebab sudah banyak buku yang membahasnya.
Saya ingin menjernikan sudut pandang kita, melemaskan sedikit sendi-sendi cara berpikir kita untuk melihat lebih nyata; Al
Quran itu bukan sekadar bait-bait tulisan arab yang diterjemahkan. Ia,
ada semesta di dalamnya. Ada peradaban di dalamnya. Ada manusia, bumi,
dan waktu di dalamnya.
Kota Pertama; Ternyata Inilah Resep Rahasia Kita
Setiap orang, negeri, dan peradaban yang besar, selalu punya resep rahasia yang membuatnya agung. Bukan sekedar keberuntungan semata, bukan juga karena mereka tertakdirkan sejak awal untuk menjadi besar. Semua kehebatan mereka, selalu ada resep khususnya.Peradaban Barat, baru terbit sekitar 500-an tahun yang lalu. Belum lama. Mereka menjadi semaju yang kita lihat karena etos kerja mereka dan kreativitas yang tinggi. Banyak penemuan-penemuan dihasilkan, karena mereka punya semangat ingin lahir kembali sebagai peradaban unggul sebagaimana nenek moyangnya, Romawi berkiprah dalam sejarah manusia. Itulah resep rahasia mereka.
Jepang, umur kejayaannya tidak jauh berbeda dari Barat, 500-an tahun, dengan resep rahasia berupa kedisiplinan tingkat tinggi dan kecepatan mereka, selalu membuat orang-orang terpana. Ketika tahun 1900-an, Amerika membuat kapal selam dalam waktu 24 bulan, Jepang bisa membuat yang lebih bagus dalam waktu 8 bulan. Hingga kini bahkan, isunya, Jepang sudah membuat teknologi yang siap diluncurkan tahun 2025. Cepat dan cekatan.
Dan pada mereka semua, kita silau terpana. Seakan-akan merekalah peradaban termaju sepanjang sejarah. Efeknya kemudian; kita menirunya mati-matian, mengagungkannya bahkan kadang dengan berlebihan.
Padahal, mereka ini iri dengan kita, mereka juga mengambil dari kita. kejayaan mereka hari ini, mereka mengambilnya dari resep rahasia kita, tak semuanya, namun tiba-tiba, mereka tampil jadi raja.
Nyata. Mereka ingin kita tak memahami resep rahasia kita sendiri. Kenapa? Mereka ingin kita tetap tunduk malu, padahal kita umat agung. Mereka ingin kita terbaring lemas, padahal kita adalah kesatria.
Dan karena merea trauma; ketika resep rahasia ini kita pahami, kita memimpin dunia 1200 tahun lamanya, menguasai 2/3 dunia dengan keadilan, memimpin bangsa-bangsa di seluruh dunia. MasyaAllah
Kota Kedua; Selama Ini Kita Salah Menakar Kehebatannya
Ada 3 hal yang membuat kita membeningkan sudut pandang kita terhadap Al Quran.Pertama, jika alam semesta ini adalah stage pertunjukan, tentu ia membutuhkan naskah skenario terbaik bagi siapapun yang ingin jadi pemeran utama. Kebanyakan pemeran tidak menemukan skenario itu, akhirnya mereka mencoba membuat sendiri, dan hasilnya; gagal. Ternyata, naskah pemeran utama itu ada di tanganmu. You know what? Al Quran. (Lihat As Syuraa’ ayat 52)
Kedua, kok Amerika Serikat keren banget ya? Jangan salah, mereka habiskan 300 tahun supaya bisa sehebat itu. Kok Eropa bisa semegah itu ya? Wajar, mereka habiskan 500 tahun sampai menjadi negeri penguasa.
Tetapi… Ada, dalam sejarah manusia, peradaban yang muncul tiba-tiba, dan 30 tahun saja bisa langsung menjadi penguasa 1/3 dunia. You know who? Ya. Peradaban Islam.
Ketiga, izinkan saya bertanya, apakah kamu paham tulisan orang Indonesia 200 tahun sebelum 2018? Tentu susah, sebab banyak sekali perubahan yang terjadi. Kemarin saya tanya orang Rusia, apakah ada tulisan orang Rusia 100 tahun lalu yang ia pahami? Dia menjawab, “tidak, selalu ada perkembangan kosakata dan perubahan berkali-kali.” Lalu, bagaimana kamu bisa tidak takjub dengan Al Quran, bertahan dengan keasliannya selama 1439 tahun lamanya! Ini sangat menunjukkan ada “invisible hand” kekuatan Mahadahsyat yang menjamin keaslian Al Quran sampai kelak mentari terbit dari barat.
Dan ternyata, ketiika kamu memahami kehebatannya, kamu akan benar-benar bangga bisa memiliki dan memeluknya erat. Ya, kamu dapat kesempatan emas untuk menjadi sesuatu yang spesial, dan istimewa.
***
Kota Ketiga; 5 Model Manusia Muslim Membersamai Al Quran
“Ada 5 tingkatan seseorang ketika ia berinteraksi dengan Al-Qur'an”, nasihat seorang Guru.Pertama, Talaffudz, sekadar membaca tanpa mesti mengetahui arti ayat. Ini dia yang menjadikan Al-Quran istimewa. Ia, dibaca dengan lisan mendatangkan pahala, paham atau tak paham. Suatu zaman Imam Ahmad bermimpi bertemu Allah kemudian menanyakan, “Apa amalan terbaik yang bisa mendekatkan hamba pada-Mu?” “Membaca Al-Qur'an, faham ataupun tidak”, itu jawab-Nya. Terukir indah di buku Siyar A'lam An-Nubala’.
Kedua, Tafahum, ketika kita memahami apa yang diutarakan mutiara keajaiban Al-Quran. Memahaminya butuh perangkat, mulai dari mengilmui bahasa Arab, Ilmu Tafsirnya, Nasikh Mansukh, hingga ke akarnya.
Ketiga, Tadabbur, ketika apa yang kita baca begitu meresap dalam jiwa. Dibaca ayat surga begitu rindu menujunya, dibaca ayat siksa begitu gemetar memaknainya. Bila sampai pada tingkat ini, jiwa benar-benar mendapat gizinya, mata air segar di tengah badai pasir kehidupan.
Keempat, Tafakkur, inilah ketika kita sahabati Al-Quran, kemudian melahirkan ilmu-ilmu megah nan menginspirasi. Al-Quran ini menjadi mata air ide dan ilham. Bagi para Ekonom ia dapatkan kaidah sistem ekonomi madani. Bagi Saintis akan menemukan kaidah permulaan semesta. Tafakkur inilah yang kini memudar dari jatidiri ummat kita.
Kelima, Tanfidz. Melaksanakan. Apapun yang ada dalam Al-Quran, akan menjadi gempita indah jika tangan dan kaki kita melakukan apa yang Quran bimbingkan. Itulah tingkat para Sahabat Rasul, memastikan setiap ayat yang turun mesti mereka laksanakan tanpa basa-basi.
Kota Keempat; Dan Bagaimana Ia Menyentuh Hatimu?
Pertama, Al Qira’ah Li Ajlil Ma’na, Membaca untuk mencari makna.Ketika kamu mau membaca Al Quran, datangkan juga satu keinginan untuk memahaminya. Itulah mengapa Al Quran terjemahan sangat penting bagi kita yang belum mengerti Bahasa Arab. Memang benar, membacanya tanpa tahu maknanya tetap saja berpahala. Namun, bukankah Al Quran dihadiahkan kepadamu untuk kamu pahami maknanya? Maka, sediakan alat tulis; notebook dan pena, untuk mencatat inspirasi yang kamu dapatkan setelah membaca Al Quran. Dijamin pasti menyenangkan.
Unik memang, kamu membaca satu ayat yang sama, namun inspirasinya bisa berkembang dan terus ada, tak pernah habis. Ayatnya ya tidak berubah, dari dulu sampai sekarang tetap sama, namun ide-ide yang muncul darinya tidak pernah surut. Selalu saja segar.
"Bagaimana mungkin kamu memberi waktu sisa pada Al Quran, padahal Allah bilang tentang Al Quran; Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al Qur'an yang serupa -mutu ayat-ayatnya- lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya”, nasihat Syaikh Ahmad Al Mashry.
Ketiga, At Ta’addub bil Qur’an. Menjaga Adab pada Al Quran. Ini akan sangat nyambung dengan hatimu. Ketika kamu mencintai seseorang, kamu pasti akan menyayanginya dengan tulus. Ketika seseorang suatu hari menyelamatkan nyawa kamu dalam suatu kecelakaan, kamu pasti akan sangat menaruh hormat padanya.
Tentu akan lebih agung caramu mencintai Al Quran, ketika kamu tahu, dia akan datang sebagai sahabatmu di kala mentari sedekat hasta, tak ada pelindung, hanya ada padang luas berisi manusia-manusia yang setiapnya berpikir tentang dirinya sendiri. Ya, mahsyar manusia.
Dan Kita Sampai di Ujung Dermaga
“Kamu tahu apa yang membuat generasi sahabat Rasulullah menjadi satu-satunya generasi terunik sepanjang peradaban manusia?”, tanya seorang Guru suatu hari.“Yang saya tahu”, selidik salah satu kawan, “mereka langsung melaksanakan apa kata Al Quran tanpa banyak basa-basi”.
“Baik, itu salah satu jawabannya. Sekarang, apakah kau yakin generasi seperti itu akan terulang di masa depan?”, tanya beliau.
“Saya… saya, ah, nampaknya tidak yakin”, jawabku sembari bingung sendiri.
“Jawaban itu pesimis. Al Quran itu datang dan dicipta untuk umat manusia, dari zaman dulu hingga masa depan tanpa terkecuali. Jika kamu tidak yakin generasi semodel sahabat tidak akan terulang, berarti kamu nampak ragu pada keagungan Al Quran.”
Kami diam, termenung. Lalu tersadar; kami punya kesempatan untuk jadi generasi terbaik. Kami punya.
Wallahu alam.
0 komentar