Terbiasa
5:52:00 AM
Menatap matamu membuatku terkepung banyak pertanyaan,
sementara senyum kecil yang kau sunggingkan menjadi candu untukku. Aku tidak
tahu lagi harus bagaimana menanggapi hal ini.
***********
Kamu bukan dia yang selalu duduk di depanku, menatap mataku
lembut dan membuat hariku berwarna. Kamu hanya orang asing yang tiba-tiba
datang, yang baru kuketahui keberadaannya. Tapi entah kenapa, semua hal biasa
yang melekat pada dirimu justru membuatku terpesona. Aku terjebak. Sama seperti
kamu yang terjebak dalam duniamu sendiri. Dan sama sepertimu, aku tidak tahu
cara untuk melepaskan diri dari perangkap ini.
Aku punya banyak sekali pertanyaan. Banyak hal yang tidak
kuketahui tentangmu, kamu sungguh sangat misterius--atau memang aku yang tidak
terbiasa hidup dalam lorong bersemburat hitam--. Bahkan ketika pandangan kita
bertubrukan, aku tidak bisa menemukan jawabannya. Aku yang selalu mampu
mengungkapkan banyak hal terpendam ketika menatap mata orang lain, justru
bertambah bingung ketika mencoba menyelami mata cokelatmu. Sepertinya aku
tersesat semakin jauh. Disini semakin gelap.
Aku sudah melarikan diri. Berlari sedemikian jauh untuk
menghindarimu. Menutup telinga dan tidak pernah berusaha menggapaimu. Tapi aku
tetap belum keluar. Aku masih terjebak. Dan aku benar-benar tidak tahu lagi
harus bagaimana. Kamu yang tiba-tiba datang dan tetap misterius meski aku
menajamkan panca indraku, bagiamana bisa aku jatuh hati pada seseorang
sepertimu? Aku ingin keluar. Aku ingin melepaskan diri. Tapi kamu tetap
memenuhi pikiranku. Mengoyak dinding pertahanan yang kubuat untuk menjauhkan
diri darimu. Aku bisa apa? Aku harus apa?
Sepotong senyum yang terlihat di foto itu--senyum kecil yang belum pernah aku lihat- dan tidak pernah kau suguhkan untukku---, bagaimana bisa aku menyukai seseorang yang sungguh sangat misterius untukku? Bukankah berkali-kali kukatakan aku tidak suka teka-teki? Aku benci hitam yang begitu misterius.
Tapi sepertinya aku harus terbiasa. Terbiasa dengan semburat
hitam yang terus menerus menyinarimu, dan menikmati aroma teka-teki yang setiap
saat aku cium. Terbiasa dengan perasaan ini, dengan kamu yang begitu misterius,
dan dengan semua hitam yang terlalu susah berubah menjadi putih. Aku akan
terbiasa. Sebentar lagi. Mungkin.
0 komentar